Minggu, 17 Juli 2011

Memandang keremangan warung kopi

Para perempuan muda penjual kopi nan jelita dikelilingi para 'pengopi' (sebutan orang yang suka cangkruk di warung kopi) telah menjamur di setiap desa dan dusun di wilayah Jember Jawa Timur khususnya bagian selatan. Sudah menjadi trend, warung kopi di identikkan dengan siapa perempuan penjualnya. Semakin cantik orangnya, pelayanannya memuaskan, dan sifat - sifatnya pintar memikat hati pelanggan, maka warung kopi tersebut semakin terkenal menyebar ketelinga para pemuda desa.


Bentuk bangunan warung kopinya ada yang berbentuk non-permanen, seperti warung lesehan (berjualan terbuka dekat jalan raya). Ada yang permanen semacam pertokoan yang didesain sedemikian rupa, dan ada pula yang berupa rumah tinggal. Waktu operasionalnya mulai sore sampai larut malam. Ciri khas warung kopi ini diantaranya; penerangan lampunya remang - remang suasana ruangannya selalu terdengar canda tawa lepas antara perempuan mudanya (penjual/pelayan usia 17 tahun hingga 30 tahun) dengan para pengopinya (laki - laki 19 tahun sampai 30 tahunan), dan diselingi dendang suara musik pop maupun kendang kempul Banyuwangi-an. Tentang ciri warung kopi demikian ini tak lain untuk menimbulkan kesan, bahwa warung kopi adalah tempat untuk bersantai, melepaskan penat rutinitas seharian, atau untuk menghilangkan rasa suntuk anak muda desa. Rata - rata para pengopinya kebanyakan datang dari luar dusun/desa.

Saya mencoba mampir disalah satu warung kopi yang berada di Kecamatan Balung (30 km selatan kota Jember) yang juga 2 km saja dari kampung saya. Terlihat penampilan seksi dan senyum yang ramah sosok perempuan muda menghampiri setiap pengunjung yang datang. Di sudut ruangan lain terlihat sosok permpuan muda cantik duduk akrab ria dengan tiga orang laki-laki. Sementara alunan musik romantis terdengar sayup seakan mengiringi suasana khas dunia gemerlapan (dugem) warung kopi. Dimeja lainnya, terlihat dua pasang muda - mudi saling memandang dan bercakap mesra.

Tentu saja pemandangan seperti itu kontras dengan suasana lingkungan masyarakat dusun yang mengitarinya. Rata - rata masyarakat dusun diatas jam sepuluh malam sudah mulai terlelap tidur. Sementara suasana warung kopi masih melakukan aktifitas kebiasaannya sampai larut malam. Masyarakat dusun masih mentabukan gaya perilaku hidup anak muda warung kopian. Masyarakat tidak melarang anak mudanya berpacaran, tapi seakan risih jika melihat pergaulan terbuka ala komunitas warung kopian tersebut.

Bagaimana tanggapan sobat tentang suasana warung kopi seperti diatas?

17 komentar:

  1. biasanya bila suasana yang memilukan (dipandang dari segi agama), aku hanya bisa mendesah, menarik nafas dalam2, dan berdo'a mudahan Allah memberi hidayah kepada mereka..
    terimakasih telah berkunjung kegubukku, mudahan silaturrahmi selalu terjalin..

    BalasHapus
  2. ehm..ehm makane kapan hari aku melihat sepeda motormu di suatu tempat hahaha

    BalasHapus
  3. belum pernah mampir ke warung kopi jadi ga ada bayangan :) wong kopi aja ga suka

    BalasHapus
  4. Kalau tanggapan dari Mas Coro sendiri bagaimana? Apa perlu penjualnya dicetol? hehe.. Salam jreng jreng jreng...

    BalasHapus
  5. @sayyidahqurani : Kembali kasih kunjungan baliknya

    @Lozz Akbar : kemaren2 emang motor lagi di sewakan buat bayar kosan.

    @Lidya : Yah mbak lidya sibuk mulu gimana sempet ke warung kopi :D

    @masbro : lha kuwi...kalo penjualnya yang dicetol saya yang gantian di bacok suaminya :D

    BalasHapus
  6. Hm...gimana ya...saya pribadi mungkin dulu saat masih tinggal di Malang menjadi salah satu orang yang memilih menghilangkan penat dengan nongkrong dan ngopi sambil menikmati fasilitas Wifi, atau sekedar menulis sesuatu di sana sebelum akhirnya kembali ke kost dan beristirahat.

    Aktivitas ngopi juga menjadi sarana gathering dan networking, jd kenal si A yg kerja di printing, tukang bikin website dll.

    Yg pasti penjual kopinya emang gak dandan sexy :)

    BalasHapus
  7. tahun 90-an awal ketika saya masih nimba ilmu di jember, sering kali saya nongkrong di warung kopi dan ketan di bawah jembatan penyebaran orang. Kalo diperhatikan, faktor 'penjual'nya memang menjadi daya tarik sendiri meskipun makanan yang disajikan adalah standart saja.

    Masalah warung remang dan dengan segala bentuk aktivitas di dalamnya, saya sendiri belum pernah mampir.
    Mudah-mudahan tidak, karena kopi buatan istri saya jauh lebih nikmat karena diaduk dengan sendok kasih sayang dan dengan cangkir cinta

    BalasHapus
  8. mampir kesini buat sahabat..

    BalasHapus
  9. ass
    warungnya yg setengah permanen seperti warung remang2 di Indramayu pastinya.
    trims visitnya dan salam kenal

    BalasHapus
  10. kek akuh suda perna komeng di mari deeeh,
    mana di mana ???

    BalasHapus
  11. Wew... kok anak muda???

    Kalo di kampun saya dulu mah anak muda kerjanya mojok di gang. Kalo di warung kopi biasanya uak-uak... hihi.. :D

    masyhury.web.id

    BalasHapus
  12. @pendarbintang : oh pernah jadi orang malang?!Saya kira orang bali :D

    @Djangan Pakies : Wah kalo istri yang buat emang lain mas pasti ada kesan sendiri meski saya belum punya istri...hehe

    @Admin : terima kasih sob kunjungannya

    @NURA : saya belum pernah kesana :D

    @segalanyasempurna : Nyari komeng apa nyari anak kambing? "mana di mana anak kambing saya"?

    @Legy Masyhury : apaan tuh mas uak uak...???

    BalasHapus
  13. Iki warung kopi enggene Uncle Lozz yo,,padahal pak RT nya Uncle Lozz lo..hehehe

    BalasHapus
  14. uncle lozz itu hansip internet pak Rtnya tuh ya yang punya itu...

    BalasHapus
  15. heh ngarasani aku malahan?

    BalasHapus
  16. pastinya aku suka nguupi, jika lewat tak lupa kusinggahi tuh tempat... ingat : hanya ngupi koq lainnya gak. salam kenal dr komunitas oejoeng..

    BalasHapus
  17. salam kenal semua... apa kbr.. nice blog, buku tamunya ga dibuat ya gan?

    BalasHapus