Minggu, 07 Agustus 2011

Mereka di Jakarta

Tulisan ini didapat dari keterangan salah seorang mantan srintil Jakartaan. Berikut paparannya.

Kebanyakan perempuan desa yang ke - Jakarta kerjanya di panti pijat dan pastinya memijit. (baca : potret perempuan desa)

Ada dua cara memijit yang satu pijit shiatsu (pijit ala Jepang) dan kedua pijit tradisionil. Kebanyakan yang di pijit adalah orang cian laki - laki (tionghoa muda). Kalau orang jawa jarang yang ke panti pijat. Saat bekerja biasanya memakai pakaian minim kayak you can see. Saat berjalan menemui tamu mereka umumnya masih menggunakan pakaian seragam. Tapi setelah mereka bekerja di kamar yang tertutup, seragam itu dilepas karena untuk bergerak memijit agak susah.

Tarif pijitnya para tamu umumnya per- dua jam Rp. 90-150rb yang langsung di bayar ke kasir. Fasilitasnya mandi uap, mandi panas dingin, bar dan lain - lain. Sebelum ketemu meses (mesage) tamu bertanya dulu ke wetris {lagi lagi saya bingung tentang ejaannya silahkan di benarkan sendiri} tentang meses yang cocok untuk memijitnya. Biasanya tamu lebih suka meses yang putih, yang kecil, yang pinter mijit dan pinter service, atau pinter semuanya. Yang pinter semuanya ini yang paling laris ketamu.

Upah perjamnya enam sampai tujuh ribu. Banyaknya upah kerja sehari tergantung pada banyaknya tamu yang datang padanya. Biasanya rata - rata sampai data delapan jam dikalikan enam ribu berarti 46rb. Kalau lagi sepi sekitar hanya dapat 25 ribu. Upah memijit tidak dibayar perhari langsung tapi perbulan. Gaji sebulan dari majikan kalau lagi stabil sekirat 1,5 juta-an. Sedang biaya hidup para meses sebulannya minimal 1,5 jutaan juga. Jadi upah mijit hanya cukup untuk biaya hidup sehari - hari di Jakarta. Selain gaji pokok perusahaan panti pijat, para meses juga dapat uang tips (uang yang langsung di berikan tamu). 

Uang tips ini kalau di total sebulannya lebih besar dari gaji pokok dari pe-rusahaan. Dapat uang tips tergantung pada ceweknya juga. Kalau si cewek sudah kategori ngetop hanya mijit saja tak ada servis lainnya, dia bisa di kasih Rp. 100.000,- minimal Rp. 50.000,- Ada juga yang gak ngetips istilahnya disana 'tamu bolong'. Uang tips di berikan tamu atas kesepakatan mereka ketika di dalam kamar. Kalau lagi ramai meses bisa dapat uang tips satu jutaan sehari.

Gaya hidup mereka kalau sudah dua bulanan muali bekerja perbahannya cepat sekali di banding mereka di desa. Selain sudah akrab dengan cowok yang cakep - cakep mereka juga cepat dapatduit banyak . Mereka sering datang ke tempat tempat hiburan malam dan sesekali cari sampingan. Gaya dandanannya juga sudah berubah rambutnya sudah rebondingan. Bentuk tubuh dan kulitnya berubah lebih seksi, putih, mulus. Karena perawatannya memang mahal. Untuk wajah dan kullit agar putih bersih bisa sampai sekitar 1,2jtan. Kerja sebulan mereka sudah bisa beli HP, baju-baju bagus dan baru, kadang juga sudah mendapat pasangan. Nah pasangan ini juga bisa menjadi sumber keuangannya.   

15 komentar:

  1. mantap mas bro ceritanya.. hehehe

    BalasHapus
  2. Habis mbaca tulisanmu ini, langsung mengelus dada. Hehehe..

    BalasHapus
  3. Kasian banget ya, jadi miris... :(

    BalasHapus
  4. "Yang pinter semuanya ini yang paling laris ketamu."

    Pinter bikin tamu ketagihan untuk balik lagi apa ya? wkwk

    BalasHapus
  5. wah ternyatabanyak ya sumber keuangannya.... sampe dari pasangan juga..

    BalasHapus
  6. kasian mreka ya, btw klo dah urusan kerja and utk isi perut dah susah ngomongnya nih..sip artikelnya nih mas coro. tks

    BalasHapus
  7. salam sahabat
    wah tarif pijit memijit dengan 90 ribu -up? beh jadi ajang cari uang dari mereka di jakarta ini semkian banyak kayaknya ughhhh

    BalasHapus
  8. begitu ya di Jakarta
    aku sih di kampung bro

    BalasHapus
  9. hem jadi gak sabar menanti kehadiran para cewek berambut merah bermunculan hahaha

    postinge rek... mbahas investigasi teruuusss

    BalasHapus
  10. wew,,,seru sekaligus miris,,semoga dibulan Ramadhan ini mereka bisa insaf..

    BalasHapus
  11. Oooh, he he he...saya sih nggak kaget karena saya sudah sering melihat kok, he he he he

    Naudzubillah mindzalik, saya nggak bisa bilang pekerjaan mereka haram atau apalah wongs aya nggak tahu sendiri apa yang mereka lakukan :)

    Pantaslah kalau Bunda saya selalu bertanya detail kalau saya kasih uang banyakan gitu...beliau khawatir kali...padahal anaknya mah sampe lembur2 di depan komputer demi bisa kasih uang lebih buat orang tuanya :)

    BalasHapus
  12. miris emang klu denger cerita2 seputar para pekerja seperti mereka :(

    psholic

    BalasHapus
  13. mereka bersedia melakukan berbagai cara agar bisa mendapatkan uang ya? Kasihan...

    BalasHapus