Jika kita bagian dari rombongan para pemudik hari lebaran nanti, ketika berada di kampung halaman, pasti akan kaget melihat banyak anak gadis di desa yang berseliweran di jalan dengan dandanan modis dan seksi. Mereka ini bukan mahasiswi yang sedang KKN, bukan pula bintang sinetron yang lagi shooting di desa. Setelah di telusuri lebih jauh ternyata mereka hanya anak desa yang pulang dari tanah rantau.
Si Srintil anak gadis desa Tanjungsari (kampung saya) dua tahun yang lalu sebelum merantau, penampilannya masih kampungan. Waktu itu kulitnya masih hitam dan rambutnya masih keriting. Kalau ngomong logat maduranya masih kental. Dia juga hanya anak buruh tani dan hanya tamatan SMP. Tapi, sekarang? Srintil sudah menjelma seperti bukan anak gadis desa, seakan bukan lagi anak dari buruh tani miskin. Kulit wajah dan rambutnya sudah seperti para bintang sinetron. Penampilannya sudah gak dekil seperti dulu lagi. Kemana - mana bawaannya HP Blackberry menggantung di lehernya. Rumahnya sudah bergedung mengkilat. Srintil sekarang sudah gaul banget gitu, lho! Engkok been (indo: kamu aku) sudah jarang terdengar dari mulutnya, karena sudah di ganti dengan elo guwe. Pokoknya Srintil sekarang sip deh. berkat merantau ke-Jakarta dia sekarang sudah jadi orang kaya baru di desa.
Tidak hanya si - Srintil , seorang yang beruah drastis dalam segi penampilannya. Pengamatan saya menunjukkan, masih banyak perempuan desa lainnya tak jauh berbeda dengan sosok Srintil. Dan itu menarik perhatian saya untuk mengamati, sebagai fenomena perubahan masyarakat desa. Ada apa gerangan dengan Srintil?
Dari sekian banyak informasi yang berhasil saya dapat, hampir setiap desa bahkan dusun se Kab. Jember bagian selatan pasti ada sosok srintilnya yang bekerja ke-Jakarta. Disana profesi mereka kebanyakan sebagai tukang pijat (mesage.) {bacanya meses. Jika ejaan salah mohon di benarkan sendiri}. Tak sampai tiga tahun mereka bekerja rata - rata sudah mampu membuat rumah bagus di banding rumah tetangganya, beli cash sepeda motor baru, beli sawah, sapi dan lain - lain, yang tak mungkin bisa didapatkan kalau dia masih tinggal di desa.
Informasi yang saya dapatkan dari banyak orang yang saya percaya, para srintil ini telah menyebar keseluruh kecamatan se - Kab. Jember bagian selatan. Bukan hanya di desa saya saja (Tanjungsari), termasuk desa Balung (daerahnya uncle/kang lozz akbar) banyak sekali sosok srintil yang berkeliaran saat musim mudik tiba. Tapi menariknya dari sekian dusun yang ada srintilnya, padukuhan Tanjung Sari - Glundengan (kampung halaman saya) lebih sering di sorot masyarakat luas desa sebagai pusat kaumnya srintil.....
bersambung.....
Banyak srintil-srintil yang lain, yang "berubah" karena sudah"berbau kota"...
BalasHapussemoga saja yang berubah hanya penampilan, tidak berubah kedalam-dalamnya hehe
Di sini juga banyak, maksudnya di Bali sini....dan setelah takliat oooh, kita datang dari kampung yang sama ya? emang udah berapa lama ninggalin kampung Mbak?? Udah 5 tahun....katanya...ooooh, he he he he
BalasHapusPantesan sekarang juga gak mau ya pake tas harga 300 ribu katanya gampang rusak dan gak mutu, hehehhe duitnya udah banyak sih....ya weslah....biarin saja kita udah milih jalan kita masing-masing kok, enjoy aja ;)
tertarik dengan teman-temannya yg sukses mungkin srintil2 itu
BalasHapusJakarta memang menjadi magnet bagi orang2 desa... gemerlapnya Jakarta membuat banyak orang silau ya?
BalasHapusBTW, aku aja belum punya BB. Kalah nih sama Srintil hahaha
Kang Lozz kayaknya butuh kenalan sama salah satu srintil ini Mas Coro, hehe..
BalasHapuspesan itu MESSAGE, pijat MASSAGE, tukang pijat MASSAGER. Emang hampir2 mirip. Repotnya memang kalo tukang pijat plus plus plus plus. Eh, di kota salon sekarang banyak menawarkan suntik loh biar kulit lebih putih...
BalasHapuskog namanya srintil...srintil kalo ditempat aku kotoran kambing
BalasHapus@957203224062391154.0
BalasHapushehe gak maksud gt mas. Ketimbang namanya di ganti melati atau mawar kan sudah umum.... :D
Srintil Eneng ae ya Landihannya
BalasHapus@6613571357361203986.0
BalasHapusHehe mbak ami ngledek...
emangnya melinda dee....
@5154494985487746181.0
BalasHapusWah bener kuwi....tapi mintanya srintil yang mondok di pesantren..... hehe
@4904006601870631626.0
BalasHapusBetul mbak Kota itu masih jadi fenomena bagi orang desa....
hehe...sama mbak saya juga belum ngrasain pake BB
@7289936999727896459.0
BalasHapusYup temen temennya sudah sukses....
@3558312697218566938.0
BalasHapusDalemnya apa mas?hehe....
@119657615925923923.0
BalasHapusEnjoy aja!!! betul mbak hidup adalah untuk di nikmati...
Saya bingung, gaji tukang pijit itu kan ga terlalu besar ya. Yang besar mungkin dari tips aja. Tapi hebat ya bisa beli BB, motor, rumah. Saya tinggal di Jakarta belum bisa beli apa-apa. Hehehehe.
BalasHapus@5942297197151446431.0
BalasHapushehe....tapi mbak bisa kumpul sama keluarga....
ha ha ha...kebetulan ada tetangga pakde yang berasal dari lumajang, gadis( belum punya suami) ini kerja di sekitar tempat tinggal pakde juga sebagai tukang pijet, wow kalo pas mudik juga gitu, dandanannya kayak selebretis
BalasHapushoi.. kok kemarin cetolan.. lah sekarang malah mbahas para wanita berambut api malahan... hadaaah...
BalasHapusemang dipikir aku RTne tah, kok malah nyangkutne aku hahaha
@453388553449735160.0
BalasHapusWeuh bukan gt sam didunia bloging, daerah balung masih belum sepopuler esam....jadi biar jelas daerahnya ya....pake nama esam.....kekekeke
Saya mampir baca comment2nya...#ngakak
BalasHapuspostingan menggambarkan situasi Jakarta
BalasHapus